Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hadapi Maut dengan Takut atau Iman?


Hadapi Maut dengan Takut atau Iman?“tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” 2 Korintus 5:8

Ketika kematian dan neraka dipandang dalam keadaannya yang paling mengerikan, jika kita cukup beriman untuk melihat jiwa-jiwa di surga yang berpakaian jubah putih, hal ini akan menghibur karena menyadari bahwa jiwa kita tidak ikut mati bersama tubuh fisik.

Prinsip kekekalan jiwa manusia telah dimeteraikan oleh tangan Allah. Itu sebabnya tidak heran orang yang mengikatsatukan jiwa dengan tubuhnya, sulit menerima kematian dan benci akan pemikiran tentang perpisahan tubuh dengan jiwa.

Mereka tidak suka berpisah dengan tubuh yang merupakan satu-satunya berkat bagi mereka. Sebaliknya, jiwa yang telah dilahirkan kembali menikmati saat penyataan mulia tentang surga, dan siap serta rela meninggalkan tubuh. Yohanes telah melihat para orang kudus yang aman beristirahat di bawah perlindungan dan pemeliharaan Kristus, di bawah naungan sayap-Nya.

Ia (Kristus) membawa mereka kepada Bapa-Nya, menaungi mereka dari tuduhan dan hukuman, mengumpulkan mereka serupa induk ayam terhadap anak-anaknya, dan Ia sanggup menjaga mereka sepenuhnya dari semua kesesakan. Ia akan membela mereka dari gangguan luar maupun dalam, dan mendamaikan mereka secara mutlak dengan diri-Nya di Surga.

Renungan serupa ini menumbuhkan ketetapan hati yang memberikan keberanian sejati melawan kengerian maut. Kita wajib menetapkan pikiran kita pada kenyataan surgawi ini, dan sering-seringlah memikirkannya. Seandainya ada satu tempat di bumi ini yang dapat membebaskan jasmani kita dan menenangkan pikiran sepanjang hidup kita, betapa manusia akan sangat menginginkannya sebagai tempat tinggal mereka. Kristus adalah menara yang kokoh bagi orang percaya, dan yang percaya
286

kepada-Nya tidak takut akan apa yang dapat dilakukan kematian terhadapnya. Ia memandang nilai kemuliaan kekal yang luar biasa. Oh Kristus, ukirlah renungan ini di dalam hati kami! Tanamkan di dalam ingatan kami dan kiranya kami memikirkannya secara berkesinambungan sepanjang hari-hari hidup kami. Kiranya Penghibur kita menempatkannya ke dalam pikiran sehingga kita dapat dengan sukacita menyeberangi sungai Yordan untuk mengambil milik pusaka, tanah perjanjian yang penuh bahagia tanpa akhir. Tuhan Yesus, segeralah datang!

Diterjemahkan dari buku”Voices From The Past” dengan cuplikan tulisan Samuel Ward (1577-1640), Sermons, pp. 61-68 <a href="https://www.alexa.com/siteinfo/teologiareformed.blogspot.com">Teologia Reformed</a>