Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Kita Mengutamakan Kemuliaan Allah?

Apakah Kita Mengutamakan Kemuliaan Allah?

“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan... demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku” Filipi 1:20

Apakah kita cenderung mengutamakan kemuliaan Allah? Perhatikan pertanda-pertanda berikut:

(1)  Apakah kita tetap merasa nyaman walaupun merugi, asalkan nama Allah dimuliakan dan tidak masalah apa jadinya kita, dan minatminat serta hasrat-hasrat kita? Ini pertanda sejati kita mengutamakan kemuliaan Allah yaitu apabila kita taat melakukan atau menjadi apapun yang dikehendaki Allah bagi kita.

(2)  Apakah kita secara mutlak berdoa bagi kemuliaan Allah dalam ketertundukkan indah kepada kehendak-Nya di dalam segala hal? Ketika kita berdoa meminta kekuatan dan kebangunan, apa yang ada di dalam benak kita? Apakah kita menghibur diri dengan impian akan sanjungan dan mengenyangkan pikiran kita dengan keindahan popularitas? Ketika kita memohon belas kasihan Tuhan dalam menghadapi musuh bersama, apa isi pikiran kita? Apakah motifnya adalah balas dendam, demi keamanan, dan kebahagiaan pribadi, atau demi kemuliaan Allah? “Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah namaMu!” (Yoh. 12:27-28).

Apakah kita mencari Allah dengan satu tujuan ini yaitu Ia sendiri akan memuliakan nama-Nya, dan nama-Nya tidak boleh dijadikan ejekan? Motivasi duniawi membuat kita tidak berpikir panjang dan tidak sabar terhadap pengekangan dan penyangkalan diri. Rahel harus punya anak-anak, kalau tidak ia ingin mati. Jika telah memutuskan untuk mengejar keberhasilan, kesenangan atau kenyamanan duniawi, maka hati tidak lagi bersedia menyangkal diri tanpa menggerutu. Anak-anak Allah sepantasnya hanya berhasrat akan kemuliaan Allah, dan di dalam segala hal membiarkan Allah yang menentukan.

(3)  Ketika doa-doa kita dijawab dan Allah telah mengaruniakan berkat yang kita minta, kemanakah arah hati kita selanjutnya? Jika kita tidak menggunakannya bagi kemuliaan Allah, sudah pasti kita memang tidak memintanya bagi kemuliaanNya. Jika kita menghabiskan kemurahan-Nya semata demi hawa nafsu kita, atau jika semua itu tidak mendorong kita mengendalikan dosa-dosa kita, ini merupakan pertanda kita tidak berhasrat bagi kemuliaan Allah.

Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dgn cuplikan tulisan Thomas Manton (1620-1677), Works, I:73-74