Apakah Kornelius Orang Beriman
Pdt.Budi Asali,M.Div.
Berdasarkan apa saya yakin bahwa ia mempunyai iman Perjanjian Lama? Perhatikan text di bawah ini.
Kisah Para Rasul 10:2-3,22,30 - “(2) Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. (3) Dalam suatu penglihatan, kira-kira jam tiga petang, jelas tampak kepadanya seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya: ‘Kornelius!’ ... (22) Jawab mereka: ‘Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan.’ ... (30) Jawab Kornelius: ‘Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang, yaitu jam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilaua n”.
Dari text ini terlihat bahwa:
a. Ia berdoa pada pk 3 petang, yang merupakan jam doa Yahudi (ay 3,30).
Adam Clarke: “It was about the ninth hour of the day, answering to our three o’clock in the afternoon (see note at Acts 3:1), the time of public prayer, according to the custom of the Jews” [= Itu kira-kira jam yang ke 9 dari hari itu, sesuai dengan pk. 3 petang (lihat catatan pada Kis 3:1), saat doa umum, menurut kebiasaan orang-orang Yahudi].
b. Ia banyak memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi (ay 2)!
Perhatikan bahwa di sini dikatakan bahwa ia memberi banyak sedekah secara khusus kepada umat Yahudi. Ia bisa melakukan hal itu, tidak bisa tidak, karena ia setuju dengan ajaran agama mereka, dan merasa berhutang budi pada ajaran agama mereka yang telah ia terima sebagai kebenaran!
Lenski: “Cornelius cultivated the two outstanding virtues of the Jewish religion: he gave abundant alms and he was diligent in prayer. The beneficiaries of his charity were ‘the people,’ lao~ so often signifying the Jewish people. He had found so much through them that he made generous and grateful return” [= Kornelius mengusahakan 2 hal baik yang menonjol / terkemuka dalam agama Yahudi: ia memberi banyak sedekah dan ia rajin / tekun dalam doa. Penerima dari kemurahan hatinya adalah ‘bangsa itu’, lao~ (LAOS) begitu sering menunjuk kepada bangsa Yahudi. Ia telah mendapatkan begitu banyak melalui mereka sehingga ia melakukan balasan yang murah hati dan penuh terima kasih] - hal 395.
c. Ia terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi (ay 22).
Calvin (tentang ay 22): “‘Cornelius, a just man.’ Cornelius’ servants commend their master not ambitiously, or to the end they may flatter him, but that Peter may the less abhor his company. And for this cause they say that he was approved of the Jews, that Peter may know that he was not estranged from true and sincere godliness. For even those which were superstitious, though they served idols, did boast that they were worshippers of God. But Cornelius could not have the Jews, who retained the worship of the true God alone, to be witnesses of his godliness, unless he had professed that he worshipped the God of Abraham with them” ( = ‘Kornelius, orang benar’. Pelayan-pelayan Kornelius memuji tuan mereka bukan secara ambisius, atau dengan tujuan untuk menjilatnya, tetapi supaya Petrus bisa berkurang dalam kejijikannya terhadap kumpulannya. Dan untuk alasan ini mereka berkata bahwa ia direstui oleh orang-orang Yahudi, supaya Petrus tahu bahwa ia bukanlah orang yang asing / jauh dari kesalehan yang benar dan tulus. Karena bahkan mereka yang mempercayai takhyul, sekalipun mereka menyembah berhala, membanggakan diri bahwa mereka adalah penyembah-penyemb ah Allah. Tetapi Kornelius tidak bisa mempunyai orang-orang Yahudi, yang mempertahankan penyembahan terhadap Allah yang benar saja, menjadi saksi-saksi dari kesalehannya, kecuali ia telah mengaku bahwa ia menyembah Allah dari Abraham bersama mereka).
Calvin, dalam kata-katanya yang telah saya kutip di atas ini, secara benar menjadikan ini sebagai bukti bahwa Kornelius pasti setuju dengan agama Yahudi, karena kalau tidak, tidak mungkin ia akan terkenal baik dalam kalangan bangsa Yahudi.
Ingat bahwa orang-orang Yahudi adalah bangsa yang sangat fanatik dalam hal agama, dan karena itu tidak mungkin sekedar karena sedekah dari Kornelius kepada orang-orang Yahudi menyebabkan ia bisa terkenal baik dalam kalangan orang-orang Yahudi, kalau ia tidak setuju dengan agama Yahudi.
Kisah Para Rasul 10:2-3,22,30 - “(2) Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. (3) Dalam suatu penglihatan, kira-kira jam tiga petang, jelas tampak kepadanya seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya: ‘Kornelius!’ ... (22) Jawab mereka: ‘Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan.’ ... (30) Jawab Kornelius: ‘Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang, yaitu jam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilaua
Dari text ini terlihat bahwa:
a. Ia berdoa pada pk 3 petang, yang merupakan jam doa Yahudi (ay 3,30).
Adam Clarke: “It was about the ninth hour of the day, answering to our three o’clock in the afternoon (see note at Acts 3:1), the time of public prayer, according to the custom of the Jews” [= Itu kira-kira jam yang ke 9 dari hari itu, sesuai dengan pk. 3 petang (lihat catatan pada Kis 3:1), saat doa umum, menurut kebiasaan orang-orang Yahudi].
b. Ia banyak memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi (ay 2)!
Perhatikan bahwa di sini dikatakan bahwa ia memberi banyak sedekah secara khusus kepada umat Yahudi. Ia bisa melakukan hal itu, tidak bisa tidak, karena ia setuju dengan ajaran agama mereka, dan merasa berhutang budi pada ajaran agama mereka yang telah ia terima sebagai kebenaran!
Lenski: “Cornelius cultivated the two outstanding virtues of the Jewish religion: he gave abundant alms and he was diligent in prayer. The beneficiaries of his charity were ‘the people,’ lao~ so often signifying the Jewish people. He had found so much through them that he made generous and grateful return” [= Kornelius mengusahakan 2 hal baik yang menonjol / terkemuka dalam agama Yahudi: ia memberi banyak sedekah dan ia rajin / tekun dalam doa. Penerima dari kemurahan hatinya adalah ‘bangsa itu’, lao~ (LAOS) begitu sering menunjuk kepada bangsa Yahudi. Ia telah mendapatkan begitu banyak melalui mereka sehingga ia melakukan balasan yang murah hati dan penuh terima kasih] - hal 395.
c. Ia terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi (ay 22).
Calvin (tentang ay 22): “‘Cornelius, a just man.’ Cornelius’ servants commend their master not ambitiously, or to the end they may flatter him, but that Peter may the less abhor his company. And for this cause they say that he was approved of the Jews, that Peter may know that he was not estranged from true and sincere godliness. For even those which were superstitious, though they served idols, did boast that they were worshippers of God. But Cornelius could not have the Jews, who retained the worship of the true God alone, to be witnesses of his godliness, unless he had professed that he worshipped the God of Abraham with them” ( = ‘Kornelius, orang benar’. Pelayan-pelayan
Calvin, dalam kata-katanya yang telah saya kutip di atas ini, secara benar menjadikan ini sebagai bukti bahwa Kornelius pasti setuju dengan agama Yahudi, karena kalau tidak, tidak mungkin ia akan terkenal baik dalam kalangan bangsa Yahudi.
Ingat bahwa orang-orang Yahudi adalah bangsa yang sangat fanatik dalam hal agama, dan karena itu tidak mungkin sekedar karena sedekah dari Kornelius kepada orang-orang Yahudi menyebabkan ia bisa terkenal baik dalam kalangan orang-orang Yahudi, kalau ia tidak setuju dengan agama Yahudi.
d. Ia disebut sebagai ‘orang yang benar’.
Dalam ay 22 Kitab Suci Indonesia menyebutkan Kornelius sebagai seorang perwira yang ‘tulus hati’. Ini terjemahan yang salah.
KJV: ‘a just man’ ( = seorang yang adil / benar).
RSV: ‘an upright ... man’ ( = seorang ... yang lurus / jujur).
NIV/NASB: ‘a righteous ... man’ ( = seorang ... yang benar).
Kata Yunani yang dipakai adalah DIKAIOS, dan menurut saya terjemahan ‘orang benar’ adalah yang terbaik.
Bdk. Roma 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”.
Ia hanya bisa dikatakan sebagai ‘orang benar’ kalau ia mempunyai iman, dan ia tidak mungkin bisa mempunyai iman Perjanjian Baru, karena ia belum pernah mendengar Injil Perjanjian Baru sepenuhnya.
e. Juga kalau dilihat dari Kis 10:4,31,35 jelas bahwa Kornelius berkenan di hadapan Allah.
Kis 10:4,31,35 - “(4) Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: ‘Ada apa, Tuhan?’ Jawab malaikat itu: ‘Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau. ... (31) dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapanNya. ... (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”.
Sekarang bandingkan ini dengan Ibrani 11:4-6 - “(4) Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. (5) Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. (6) Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”.
Calvin (tentang Ibrani 11:4): “‘By faith Abel offered,’ etc. The Apostle’s object in this chapter is to show, that however excellent were the works of the saints, it was from faith they derived their value, their worthiness, and all their excellences; and hence follows what he has already intimated, that the fathers pleased God by faith alone” ( = ‘Karena iman Habel telah mempersembahkan ’, dst. Tujuan sang rasul dalam pasal ini adalah untuk menunjukkan bahwa, bagaimanapun bagus / hebatnya pekerjaan / perbuatan baik dari orang-orang kudus, adalah dari iman pekerjaan / perbuatan baik itu mendapatkan nilai mereka, kelayakan mereka, dan semua kebagusan mereka; dan karena itu maka mengikutilah apa yang telah ia isyaratkan, bahwa bapa-bapa memperkenan Allah hanya oleh iman).
Dalam ay 22 Kitab Suci Indonesia menyebutkan Kornelius sebagai seorang perwira yang ‘tulus hati’. Ini terjemahan yang salah.
KJV: ‘a just man’ ( = seorang yang adil / benar).
RSV: ‘an upright ... man’ ( = seorang ... yang lurus / jujur).
NIV/NASB: ‘a righteous ... man’ ( = seorang ... yang benar).
Kata Yunani yang dipakai adalah DIKAIOS, dan menurut saya terjemahan ‘orang benar’ adalah yang terbaik.
Bdk. Roma 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”.
Ia hanya bisa dikatakan sebagai ‘orang benar’ kalau ia mempunyai iman, dan ia tidak mungkin bisa mempunyai iman Perjanjian Baru, karena ia belum pernah mendengar Injil Perjanjian Baru sepenuhnya.
e. Juga kalau dilihat dari Kis 10:4,31,35 jelas bahwa Kornelius berkenan di hadapan Allah.
Kis 10:4,31,35 - “(4) Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: ‘Ada apa, Tuhan?’ Jawab malaikat itu: ‘Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau. ... (31) dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapanNya. ... (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”.
Sekarang bandingkan ini dengan Ibrani 11:4-6 - “(4) Karena iman Habel telah mempersembahkan
Calvin (tentang Ibrani 11:4): “‘By faith Abel offered,’ etc. The Apostle’s object in this chapter is to show, that however excellent were the works of the saints, it was from faith they derived their value, their worthiness, and all their excellences; and hence follows what he has already intimated, that the fathers pleased God by faith alone” ( = ‘Karena iman Habel telah mempersembahkan
Calvin (tentang Ibrani 11:4): “He says, first, that Abel’s sacrifice was for no other reason preferable to that of his brother, except that it was sanctified by faith: for surely the fat of brute animals did not smell so sweetly, that it could, by its odor, pacify God. The Scripture indeed shows plainly, why God accepted his sacrifice, for Moses’s words are these, ‘God had respect to Abel, and to his gifts.’ It is hence obvious to conclude, that his sacrifice was accepted, because he himself was graciously accepted. But how did he obtain this favor, except that his heart was purified by faith” ( = Ia berkata, pertama, bahwa persembahan Habel bukan karena alasan apapun lebih diterima dari persembahan saudaranya, kecuali bahwa itu dikuduskan oleh iman: karena pastilah lemak dari binatang tidak berbau begitu harum, sehingga oleh baunya itu bisa menenangkan Allah. Kitab Suci menunjukkan dengan jelas mengapa Allah menerima persembahannya, karena kata-kata Musa adalah ini: ‘Allah / TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu’ (Kej 4:4b). Jadi jelas bahwa kesimpulannya adalah, bahwa persembahannya diterima karena ia sendiri diterima dengan kasih karunia. Tetapi bagaimana ia mendapatkan kebaikan ini, kecuali bahwa hatinya dimurnikan oleh iman).
Calvin (tentang Ibrani 11:4): “‘God testifying,’ etc. He confirms what I have already stated, that no works, coming from us can please God, until we ourselves are received into favor, or to speak more briefly, that no works are deemed just before God, but those of a just man: for he reasons thus, - God bore a testimony to Abel’s gifts; then he had obtained the praise of being just before God. This doctrine is useful, and ought especially to be noticed, as we are not easily convinced of its truth; for when in any work, anything splendid appears, we are immediately rapt in admiration, and we think that it cannot possibly be disapproved of by God: but God, who regards only the inward purity of the heart, heeds not the outward masks of works. Let us then learn, that no right or good work can proceed from us, until we are justified before God” [= ‘Allah bersaksi’ dst / ‘ia memperoleh kesaksian’. Ia menegaskan apa yang telah saya nyatakan, bahwa tak ada pekerjaan / perbuatan baik, yang datang dari kita yang dianggap benar di hadapan Allah, kecuali pekerjaan / perbuatan baik dari orang yang benar: karena ia berargumentasi sebagai berikut, - Allah memberi suatu kesaksian pada persembahan Habel; pada saat itu ia telah mendapatkan pujian bahwa ia benar di hadapan Allah. Doktrin ini berguna, dan harus diperhatikan secara khusus, karena kita tidak mudah diyakinkan tentang kebenarannya: karena pada waktu dalam pekerjaan / perbuatan baik apapun, terlihat adanya apapun yang baik, kita segera dipenuhi dengan kekaguman (bandingkan dengan perbuatan baik Khong Hu Cu di mata Pdt. Stephen Tong), dan kita berpikir bahwa itu tidak mungkin bisa tidak direstui oleh Allah: tetapi Allah, yang hanya memandang / melihat pada kemurnian batin dari hati, tidak memperhatikan topeng lahiriah dari pekerjaan / perbuatan baik. Maka, hendaklah kita belajar, bahwa tidak ada pekerjaan / perbuatan baik atau benar bisa keluar dari kita, sampai kita dibenarkan di hadapan Allah].
Calvin (tentang Ibrani 11:5): “Moses indeed tells us, that he was a righteous man, and that he walked with God; but as righteousness begins with faith, it is justly ascribed to his faith, that he pleased God” ( = Musa memang memberitahu kita, bahwa ia adalah orang benar, dan bahwa ia berjalan dengan Allah; tetapi karena kebenaran dimulai dengan iman, maka dengan benar hal itu dianggap berasal dari imannya, sehingga ia memperkenan Allah).
Calvin (tentang Ibr 11:6): “The reason he assigns why no one can please God without faith, is this, - because no one will ever come to God, except he believes that God is, and is also convinced that he is a remunerator to all who seek him. If access then to God is not opened, but by faith, it follows, that all who are without it, are the objects of God’s displeasure” ( = Alasan yang ia berikan mengapa tak seorangpun bisa memperkenan Allah tanpa iman, adalah ini, - karena tak seorangpun akan pernah datang kepada Allah, kecuali ia percaya bahwa Allah ada, dan juga diyakinkan bahwa Ia adalah seorang yang memberi pahala kepada semua orang yang mencariNya. Jika jalan masuk kepada Allah tidak terbuka kecuali oleh iman, maka akibatnya adalah bahwa semua orang yang tanpa iman merupakan obyek dari ketidak-senanga n Allah).
Calvin (tentang Ibrani 11:6): “It is hence evident, that men in vain weary themselves in serving God, except they observe the right way, and that all religions are not only vain, but also pernicious, with which the true and certain knowledge of God is not connected; for all are prohibited from having any access to God, who do not distinguish and separate him from all idols; in short, there is no religion except where this truth reigns dominant” [= Karena itu jelaslah bahwa orang-orang dengan sia-sia melelahkan diri mereka sendiri dalam melayani Allah / berbakti kepada Allah, kecuali mereka mentaati jalan yang benar, dan bahwa semua agama-agama bukan hanya sia-sia, tetapi juga jahat / merusak, dengan mana pengetahuan / pengenalan yang benar dan pasti tentang Allah tidak dihubungkan (lagi-lagi bandingkan dengan ajaran Khong Hu Cu, yang menurut Pdt. Stephen Tong sendiri, sama sekali tak berhubungan dengan Allah); karena semua orang yang tidak membedakan dan memisahkan dirinya dari semua berhala, dihalangi dari mempunyai jalan masuk kepada Allah; singkatnya, tidak ada agama kecuali dimana kebenaran memerintah / berkuasa].
Calvin (tentang Ibrani 11:4): “‘God testifying,’ etc. He confirms what I have already stated, that no works, coming from us can please God, until we ourselves are received into favor, or to speak more briefly, that no works are deemed just before God, but those of a just man: for he reasons thus, - God bore a testimony to Abel’s gifts; then he had obtained the praise of being just before God. This doctrine is useful, and ought especially to be noticed, as we are not easily convinced of its truth; for when in any work, anything splendid appears, we are immediately rapt in admiration, and we think that it cannot possibly be disapproved of by God: but God, who regards only the inward purity of the heart, heeds not the outward masks of works. Let us then learn, that no right or good work can proceed from us, until we are justified before God” [= ‘Allah bersaksi’ dst / ‘ia memperoleh kesaksian’. Ia menegaskan apa yang telah saya nyatakan, bahwa tak ada pekerjaan / perbuatan baik, yang datang dari kita yang dianggap benar di hadapan Allah, kecuali pekerjaan / perbuatan baik dari orang yang benar: karena ia berargumentasi sebagai berikut, - Allah memberi suatu kesaksian pada persembahan Habel; pada saat itu ia telah mendapatkan pujian bahwa ia benar di hadapan Allah. Doktrin ini berguna, dan harus diperhatikan secara khusus, karena kita tidak mudah diyakinkan tentang kebenarannya: karena pada waktu dalam pekerjaan / perbuatan baik apapun, terlihat adanya apapun yang baik, kita segera dipenuhi dengan kekaguman (bandingkan dengan perbuatan baik Khong Hu Cu di mata Pdt. Stephen Tong), dan kita berpikir bahwa itu tidak mungkin bisa tidak direstui oleh Allah: tetapi Allah, yang hanya memandang / melihat pada kemurnian batin dari hati, tidak memperhatikan topeng lahiriah dari pekerjaan / perbuatan baik. Maka, hendaklah kita belajar, bahwa tidak ada pekerjaan / perbuatan baik atau benar bisa keluar dari kita, sampai kita dibenarkan di hadapan Allah].
Calvin (tentang Ibrani 11:5): “Moses indeed tells us, that he was a righteous man, and that he walked with God; but as righteousness begins with faith, it is justly ascribed to his faith, that he pleased God” ( = Musa memang memberitahu kita, bahwa ia adalah orang benar, dan bahwa ia berjalan dengan Allah; tetapi karena kebenaran dimulai dengan iman, maka dengan benar hal itu dianggap berasal dari imannya, sehingga ia memperkenan Allah).
Calvin (tentang Ibr 11:6): “The reason he assigns why no one can please God without faith, is this, - because no one will ever come to God, except he believes that God is, and is also convinced that he is a remunerator to all who seek him. If access then to God is not opened, but by faith, it follows, that all who are without it, are the objects of God’s displeasure” ( = Alasan yang ia berikan mengapa tak seorangpun bisa memperkenan Allah tanpa iman, adalah ini, - karena tak seorangpun akan pernah datang kepada Allah, kecuali ia percaya bahwa Allah ada, dan juga diyakinkan bahwa Ia adalah seorang yang memberi pahala kepada semua orang yang mencariNya. Jika jalan masuk kepada Allah tidak terbuka kecuali oleh iman, maka akibatnya adalah bahwa semua orang yang tanpa iman merupakan obyek dari ketidak-senanga
Calvin (tentang Ibrani 11:6): “It is hence evident, that men in vain weary themselves in serving God, except they observe the right way, and that all religions are not only vain, but also pernicious, with which the true and certain knowledge of God is not connected; for all are prohibited from having any access to God, who do not distinguish and separate him from all idols; in short, there is no religion except where this truth reigns dominant” [= Karena itu jelaslah bahwa orang-orang dengan sia-sia melelahkan diri mereka sendiri dalam melayani Allah / berbakti kepada Allah, kecuali mereka mentaati jalan yang benar, dan bahwa semua agama-agama bukan hanya sia-sia, tetapi juga jahat / merusak, dengan mana pengetahuan / pengenalan yang benar dan pasti tentang Allah tidak dihubungkan (lagi-lagi bandingkan dengan ajaran Khong Hu Cu, yang menurut Pdt. Stephen Tong sendiri, sama sekali tak berhubungan dengan Allah); karena semua orang yang tidak membedakan dan memisahkan dirinya dari semua berhala, dihalangi dari mempunyai jalan masuk kepada Allah; singkatnya, tidak ada agama kecuali dimana kebenaran memerintah / berkuasa].
Lenski: “what makes any man well-pleasing to God is faith; without it there is no possibility of pleasing God” ( = apa yang membuat manusia manapun berkenan kepada Allah adalah iman; tanpa itu tidak ada kemungkinan untuk memperkenan Allah) - hal 386.
John Owen: “faith is the only way and means whereby any one may please God” ( = iman adalah satu-satunya jalan dan cara dengan mana seseorang bisa memperkenan Allah) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.
John Owen: “‘All pleasing of God is, and must be, by faith, it being impossible it should be otherwise.’” ( = Semua yang memperkenan Allah adalah, dan haruslah, oleh iman, dan tidak mungkin lainnya) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.
John Owen: “‘It is impossible to please God any other way but by faith.’ Let men desire, design, and aim at it whilst they please, they shall never attain unto it. ... Hereunto Scripture bears testimony from first to last, namely, that none can, that none shall, ever please God but by faith” ( = ‘Adalah tidak mungkin untuk memperkenan Allah dengan jalan lain kecuali oleh iman’. Hendaklah manusia menginginkan, merencanakan dan mengarahkan padanya semau mereka, mereka tidak akan pernah mencapainya. ... Dengan ini Kitab Suci memberi kesaksian dari awal sampai akhir, yaitu, bahwa tak seorangpun bisa, bahwa tak seorangpun akan, pernah memperkenan Allah kecuali oleh iman) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 38.
John Owen: “faith is the only way and means whereby any one may please God” ( = iman adalah satu-satunya jalan dan cara dengan mana seseorang bisa memperkenan Allah) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.
John Owen: “‘All pleasing of God is, and must be, by faith, it being impossible it should be otherwise.’” ( = Semua yang memperkenan Allah adalah, dan haruslah, oleh iman, dan tidak mungkin lainnya) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.
John Owen: “‘It is impossible to please God any other way but by faith.’ Let men desire, design, and aim at it whilst they please, they shall never attain unto it. ... Hereunto Scripture bears testimony from first to last, namely, that none can, that none shall, ever please God but by faith” ( = ‘Adalah tidak mungkin untuk memperkenan Allah dengan jalan lain kecuali oleh iman’. Hendaklah manusia menginginkan, merencanakan dan mengarahkan padanya semau mereka, mereka tidak akan pernah mencapainya. ... Dengan ini Kitab Suci memberi kesaksian dari awal sampai akhir, yaitu, bahwa tak seorangpun bisa, bahwa tak seorangpun akan, pernah memperkenan Allah kecuali oleh iman) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 38.
Supaya saudara tidak menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘iman’ dalam Ibr 11:6 ini sekedar ‘suatu kepercayaan bahwa Allah itu ada’, tetapi juga berhubungan dengan keselamatan, perhatikan komentar-koment ar di bawah ini!
Calvin (tentang Ibrani 11:6): “The second clause is that we ought to be fully persuaded that God is not sought in vain; and this persuasion includes the hope of salvation and eternal life, for no one will be in a suitable state of heart to seek God except a sense of the divine goodness be deeply felt, so as to look for salvation from him. We indeed flee from God, or wholly disregard him, when there is no hope of salvation” ( = Anak kalimat yang kedua adalah bahwa kita harus diyakinkan sepenuhnya bahwa Allah tidak dicari dengan sia-sia; dan keyakinan ini mencakup pengharapan keselamatan dan hidup kekal, karena tak seorangpun akan berada dalam keadaan hati yang cocok untuk mencari Allah kecuali suatu perasaan tentang kebaikan ilahi dirasakan secara mendalam, sehingga orang itu mencari keselamatan dari Dia. Kita akan lari dari Allah, atau sepenuhnya mengabaikanNya, pada saat tidak ada pengharapan keselamatan).
Calvin (tentang Ibrani 11:6): “But many shamefully pervert this clause; for they hence elicit the merits of works, and the conceit about deserving. And they reason thus: ‘We please God by faith, because we believe him to be a rewarder; then faith has respect to the merits of works.’ This error cannot be better exposed, than by considering how God is to be sought; while any one is wandering from the right way of seeking him, he cannot be said to be engaged in the work. Now Scripture assigns this as the right way, - that a man, prostrate in himself, and smitten with the conviction that he deserves eternal death, and in self-despair, is to flee to Christ as the only asylum for salvation. Nowhere certainly can we find that we are to bring to God any merits of works to put us in a state of favor with him. Then he who understands that this is the only right way of seeking God, will be freed from every difficulty on the subject; for reward refers not to the worthiness or value of works but to faith” ( = Tetapi banyak orang secara memalukan membengkokkan anak kalimat ini; karena mereka mendapatkan jasa dari pekerjaan / perbuatan baik, dan kesombongan tentang kelayakan. Dan mereka beralasan sebagai berikut: ‘Kita memperkenan Allah oleh iman, karena kita mempercayaiNya sebagai seorang yang memberi upah; maka iman mempunyai rasa hormat pada jasa dari pekerjaan / perbuatan baik’. Kesalahan ini tidak bisa dinyatakan dengan lebih jelas, dari pada dengan mempertimbangkan bagaimana Allah harus dicari; sementara seseorang sedang mengembara / menyimpang dari jalan yang benar untuk mencari Dia, ia tidak bisa dikatakan terlibat dalam pekerjaan / perbuatan baik. Kitab Suci memberikan ini sebagai jalan yang benar, - bahwa seseorang, yang merendahkan dirinya sendiri, dan dipukul oleh suatu keyakinan bahwa ia layak mendapatkan kematian kekal, dan dalam keputus-asaan tentang diri sendiri, harus lari kepada Kristus sebagai satu-satunya perlindungan untuk keselamatan. Pasti kita tidak bisa menemukan dimanapun bahwa kita harus membawa kepada Allah jasa pekerjaan / perbuatan baik apapun untuk meletakkan kita dalam suatu keadaan disukai / disenangi oleh Dia. Maka ia yang mengerti bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang benar untuk mencari Allah, akan dibebaskan dari setiap kesukaran tentang pokok ini; karena upah tidak menunjuk pada kelayakan atau nilai dari pekerjaan / perbuatan baik tetapi pada iman).
Calvin (tentang Ibrani 11:6): “The second clause is that we ought to be fully persuaded that God is not sought in vain; and this persuasion includes the hope of salvation and eternal life, for no one will be in a suitable state of heart to seek God except a sense of the divine goodness be deeply felt, so as to look for salvation from him. We indeed flee from God, or wholly disregard him, when there is no hope of salvation” ( = Anak kalimat yang kedua adalah bahwa kita harus diyakinkan sepenuhnya bahwa Allah tidak dicari dengan sia-sia; dan keyakinan ini mencakup pengharapan keselamatan dan hidup kekal, karena tak seorangpun akan berada dalam keadaan hati yang cocok untuk mencari Allah kecuali suatu perasaan tentang kebaikan ilahi dirasakan secara mendalam, sehingga orang itu mencari keselamatan dari Dia. Kita akan lari dari Allah, atau sepenuhnya mengabaikanNya,
Calvin (tentang Ibrani 11:6): “But many shamefully pervert this clause; for they hence elicit the merits of works, and the conceit about deserving. And they reason thus: ‘We please God by faith, because we believe him to be a rewarder; then faith has respect to the merits of works.’ This error cannot be better exposed, than by considering how God is to be sought; while any one is wandering from the right way of seeking him, he cannot be said to be engaged in the work. Now Scripture assigns this as the right way, - that a man, prostrate in himself, and smitten with the conviction that he deserves eternal death, and in self-despair, is to flee to Christ as the only asylum for salvation. Nowhere certainly can we find that we are to bring to God any merits of works to put us in a state of favor with him. Then he who understands that this is the only right way of seeking God, will be freed from every difficulty on the subject; for reward refers not to the worthiness or value of works but to faith” ( = Tetapi banyak orang secara memalukan membengkokkan anak kalimat ini; karena mereka mendapatkan jasa dari pekerjaan / perbuatan baik, dan kesombongan tentang kelayakan. Dan mereka beralasan sebagai berikut: ‘Kita memperkenan Allah oleh iman, karena kita mempercayaiNya sebagai seorang yang memberi upah; maka iman mempunyai rasa hormat pada jasa dari pekerjaan /
Calvin (tentang Ibrani 11:6): “From these two clauses, we may learn how, and why it is impossible for man to please God without faith; God justly regards us all as objects of his displeasure, as we are all by nature under his curse; and we have no remedy in our own power. It is hence necessary that God should anticipate us by his grace; and hence it comes, that we are brought to know that God is, and in such a way that no corrupt superstition can seduce us, and also that we become assured of a certain salvation from him” ( = Dari dua anak kalimat ini, kita bisa belajar bagaimana dan mengapa merupakan sesuatu yang mustahil bagi manusia untuk memperkenan Allah tanpa iman; Allah dengan benar / adil menganggap kita semua sebagai obyek dari ketidak-senanganN ya, karena kita semua secara alamiah ada di bawah kutukNya; dan kita tidak mempunyai obat dalam kuasa kita sendiri. Karena itu merupakan sesuatu yang perlu bahwa Allah mendahului kita dengan kasih karuniaNya; dan lalu terjadilah, bahwa kita dibawa untuk mengetahui bahwa Allah ada, dan dengan cara sedemikian rupa sehingga tak ada takhyul jahat apapun bisa membujuk kita, dan juga sehingga kita yakin tentang suatu keselamatan tertentu dari Dia).
