Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RASA PUAS DAN SENANG - TANPA IRI HATI

RASA PUAS DAN SENANG - TANPA IRI HATI
“Dikuduskanlah nama-Mu” Matius 6:9 

Ada rasa iri di hati setiap kita; Oh alangkah sulitnya untuk bersukacita di atas talenta/bakat yang dimiliki orang lain, karunia anugerah dan hasil kerja keras sesama, dan untuk tetap dapat merasa puas/berbesar hati dalam keadaan di mana Allah menyingkirkan kita bagaikan seorang yang tidak berguna, dan memakai orang lain untuk memuliakan namaNya!  

Kita terganggu jika orang lain, bukan kita, yang memuliakan Allah atau lebih memuliakan Allah dibandingkan dengan kita, atau jika mereka lebih kudus, lebih berguna, atau lebih serius; ego kita tidak akan dapat menerima hal semacam itu. 

Sekarang dengan memanjatkan doa seperti di atas kepada Allah, kita menyerahkan kepada-Nya untuk memilih alat (siapa) yang akan dipakai-Nya.  

Kita seharusnya tetap merasa puas jika kita direndahkan dan tersembunyi, asalkan Kristus dimuliakan dan ditinggikan. Di dalam semua kesempatan kita seharusnya merasa puas, tidak hanya ketika menjadi alat-Nya yang aktif tetapi juga jika kita dijadikan sebagai obyek pasif bagi kemuliaan-Nya.   

Apabila Allah berkehendak mempermuliakan Diri-Nya melalui kekurangan/kemiskinan kita, atau oleh kehinaan, derita dan sakitpenyakit kita, kita wajib merasa puas. 

Kita perlu menangani masalah ini secara serius dengan Allah sehingga kita dapat tunduk kepada kehendak Allah sebagaimana Yesus (berkata): “Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!” (Yohanes 12:27-28). Ini adalah ketertundukan Yesus Kristus yang sangat rendah hati, dan sifat ketertundukan yang rendah hati ini seharusnya juga ada pada kita!  

Para martir merasa puas saat di-ikat ke tiang gantungan, apabila dengan cara itu Allah dapat memakai mereka bagi kemuliaanNya. “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan … Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku” (Filipi 1:20).   

Kita perlu membereskan hal ini dengan Allah agar kita dapat membiarkan Ia memilah sendiri alat/caranya; dengan demikian pada akhirnya Allah dipermuliakan di dalam keadaan kita, bagaimanapun keadaan itu.   

Jika Ia menghendaki kita menjadi kaya raya dan berkelimpahan, maka Ia akan dipermuliakan di dalam kelimpahan kita; jika Ia menghendaki kita menjadi miskin dan papa, maka Ia akan dipermuliakan di dalam kesabaran kita menanggung penderitaan; jika Ia menghendaki kita dalam keadaan sehat walafiat, maka Ia akan dipermuliakan oleh kerja keras kita dalam pekerjaan, jika Ia menghendaki kita menjadi sakit, maka Ia akan dipermuliakan di dalam masa kesakitan kita; jika Ia menghendaki kita hidup, maka Ia akan dipermuliakan di dalam masa 

hidup kita; jika Ia menghendaki kita meninggal, maka Ia akan dipermuliakan di saat kematian kita (Roma 14:8). 

Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dgn cuplikan dari karya Thomas Manton (1620-1677), 'Works', I:77