KUAT DI DALAM KUASA ALLAH
“Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya” Efesus 6:10
Orang-orang kudus di Efesus yang sedang didesak untuk menetapkan kesucian hati dan keberanian di dalam peperangan rohani mereka, oleh rasul Paulus dipimpin keluar dari mengandalkan kekuatan sendiri untuk mengandalkan kekuatan Allah yang Mahakuasa. Kekuatan setiap orang kudus terletak di dalam Allah Semesta alam. Allah sanggup mengalahkan musuh-musuh-Nya tanpa perlu meminjam tangan kita, sebaliknya kita tidak mampu sedikitpun mempertahankan diri tanpa pertolongan lengan-Nya.
Allah adalah kekuatan hati raja Daud. Tanpa penyertaan Allah, Daud akan dipenuhi dengan rasa takut oleh perkataan-perkataan ejekan orang Filistin. Allah adalah kekuatan tangan Daud, dan yang telah mengajari tangan Daud untuk berperang. Demikian juga Allah adalah kekuatan dari semua orang kudus-Nya di dalam peperangan melawan dosa dan setan (Filipi. 4:13). Menjadi kuat di dalam kekuatan Allah yang perkasa mengimplikasikan 2 tindakan iman. Pertama, sebuah keyakinan kokoh yang tuntas bahwa Tuhan adalah maha kuasa di dalam kekuatan-Nya, dan kedua, ini mengimplikasikan satu tindakan iman lebih lanjut yaitu bahwa Allah terlibat dalam pertahanan umatNya dengan menopang mereka di tengah-tengah masa pencobaan dan ujian. Inilah tujuan sang rasul; untuk menghalau kita dari ketergantungan pada kekuatan sendiri, dan untuk mendorong orangorang percaya menggunakan kekuatan Allah yang Mahakuasa sebebas mungkin hingga seolah-olah itu adalah kekuatannya sendiri manakala ia diserang oleh setan.
Seperti seorang ayah yang memberikan tangannya untuk meneguhkan anaknya, demikianlah Allah mengulurkan kekuatan kuasa-Nya bagi orang-orang kudusNya. Allah membuat diri-Nya dikenal oleh Abraham, Isak dan Yakub sebagai penopang mereka, melalui penyataan sifat/karakter-Nya: “Allah yang Mahakuasa” (Keluaran. 6:3). Abraham yakin sepenuhnya bahwa apa yang telah Allah janjikan, Dia juga sanggup mewujudkannya (Roma. 4:21).
Benar, Allah acapkali mengijinkan kemunculan satu kekuatan yg melawan-Nya, supaya pada saat keadaan demikian itu, Ia justru bermaksud menunjukkan anugerah belas kasihan-Nya kepada umatNya, dengan drmikian Ia dapat membangun 'tugu' peringatan/ kenang-kenangan untuk menunjukkan kuasa-Nya sendiri yang jelas lebih luar biasa menakjubkan lagi.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan tulisan karya William Gurnall (1617-1679), 'The Christian in Complete Armour', I:18-2
Orang-orang kudus di Efesus yang sedang didesak untuk menetapkan kesucian hati dan keberanian di dalam peperangan rohani mereka, oleh rasul Paulus dipimpin keluar dari mengandalkan kekuatan sendiri untuk mengandalkan kekuatan Allah yang Mahakuasa. Kekuatan setiap orang kudus terletak di dalam Allah Semesta alam. Allah sanggup mengalahkan musuh-musuh-Nya tanpa perlu meminjam tangan kita, sebaliknya kita tidak mampu sedikitpun mempertahankan diri tanpa pertolongan lengan-Nya.
Allah adalah kekuatan hati raja Daud. Tanpa penyertaan Allah, Daud akan dipenuhi dengan rasa takut oleh perkataan-perkataan ejekan orang Filistin. Allah adalah kekuatan tangan Daud, dan yang telah mengajari tangan Daud untuk berperang. Demikian juga Allah adalah kekuatan dari semua orang kudus-Nya di dalam peperangan melawan dosa dan setan (Filipi. 4:13). Menjadi kuat di dalam kekuatan Allah yang perkasa mengimplikasikan 2 tindakan iman. Pertama, sebuah keyakinan kokoh yang tuntas bahwa Tuhan adalah maha kuasa di dalam kekuatan-Nya, dan kedua, ini mengimplikasikan satu tindakan iman lebih lanjut yaitu bahwa Allah terlibat dalam pertahanan umatNya dengan menopang mereka di tengah-tengah masa pencobaan dan ujian. Inilah tujuan sang rasul; untuk menghalau kita dari ketergantungan pada kekuatan sendiri, dan untuk mendorong orangorang percaya menggunakan kekuatan Allah yang Mahakuasa sebebas mungkin hingga seolah-olah itu adalah kekuatannya sendiri manakala ia diserang oleh setan.
Seperti seorang ayah yang memberikan tangannya untuk meneguhkan anaknya, demikianlah Allah mengulurkan kekuatan kuasa-Nya bagi orang-orang kudusNya. Allah membuat diri-Nya dikenal oleh Abraham, Isak dan Yakub sebagai penopang mereka, melalui penyataan sifat/karakter-Nya: “Allah yang Mahakuasa” (Keluaran. 6:3). Abraham yakin sepenuhnya bahwa apa yang telah Allah janjikan, Dia juga sanggup mewujudkannya (Roma. 4:21).
Benar, Allah acapkali mengijinkan kemunculan satu kekuatan yg melawan-Nya, supaya pada saat keadaan demikian itu, Ia justru bermaksud menunjukkan anugerah belas kasihan-Nya kepada umatNya, dengan drmikian Ia dapat membangun 'tugu' peringatan/ kenang-kenangan untuk menunjukkan kuasa-Nya sendiri yang jelas lebih luar biasa menakjubkan lagi.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan tulisan karya William Gurnall (1617-1679), 'The Christian in Complete Armour', I:18-2
