Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keabadian Jiwa Manusia

Keabadian Jiwa Manusia
“... Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh … Takutilah Dia yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka.” Lukas 12:4-5 

Jiwa adalah abadi/kekal, dan memiliki kemampuan/kesadaran merasakan selama-lamanya. Tak seorangpun dapat membunuh/ melenyapkan jiwa. Seandainya semua malaikat di surga, dan semua manusia di bumi, dapat mengumpulkan semua kekuatan mereka bersama, mereka tidak dapat membunuh atau meniadakan satu jiwapun.  Demikian dapat dikatakan: ‘Allah tidak dapat melakukan apa yang tidak dikehendaki-Nya untuk Dia lakukan’ maka Ia tidak dapat meniadakan jiwa. Dengan murka penghakiman dan pembalasan-Nya Allah akan menghukum semua orang berdosa, meskipun demikian mereka (yang dihukum) akan tetap dalam keadaan sadar dan dapat merasakan, sehingga mereka akan tetap mengalami/menjalani, tetap menanggung hukuman itu (selamanya).  Jika ada yang dapat mematikan jiwa, itu adalah kematian; tetapi kematian tidak dapat melakukannya – baik kematian pertama maupun kematian kedua.  Serupa orang kaya yg mengalami kematian tubuhnya, mendapati jiwanya tetap hidup di neraka (Luk.16:23).  Kematian kedua tidak dapat mematikan, karena cacingpun tidak dapat mati, sebaliknya terus menerus menyiksa dan menggerogoti mereka (Mar. 9:44).  Hal ini menunjukkan keabadian jiwa, yang memiliki terus kehidupan dan yang akan tetap hidup.   

Alangkah pentingnya jiwa. Jiwa memiliki kemampuan untuk mengerti hal-hal yang tidak kasat mata: para malaikat, ya, bahkan keberadaan tertinggi dan teragung, Allah yang Mahakudus di surga. Allah mencari jiwa-jiwa manusia sebagai teman persekutuan dan sesungguhnya jiwa mampu bersekutu dengan-Nya apabila kegelapan dosa telah disingkirkan. 

Jiwa memiliki kemampuan intelek/rasio, dan ia dapat mengenal dan memahami kedalaman, tinggi, panjang dan lebarnya misteri rohani yang agung mulia yang ada di tempat tinggi yang hanya Allah belaka yang mampu menyingkapkan dan mengajarkan; ya, jiwa mampu menyelami semua hal yang tak terkatakan itu. Allah telah menciptakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk mendengar, mengetahui dan memahami pikiran-Nya apabila dibukakan dan diwahyukan kepadanya. Penulis berpendapat bahwa ia boleh mengatakan, tanpa maksud menghina Allah atau manusia, bahwa salah satu alasan mengapa Allah telah menciptakan dunia adalah supaya Ia (Allah) dapat mewujudnyatakan Diri-Nya, tidak hanya oleh/melalui karya-Nya, melainkan juga kepada hasil karya penciptaan-Nya (manusia). Oh alangkah agungnya jiwa-jiwa anakanak manusia. 

Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya John Bunyan (1628-1688), Works, I:116-117