JALAN MASUK KE TEMPAT KUDUS
“Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus” Ibrani 10:19
Yesus tampil di hadapan Allah untuk kita; terus menerus mewakili kita di hadirat Bapa-Nya, dan perhatikan: bukan hanya Yesus sendiri memiliki kebebasan untuk masuk ke Surga, tetapi semua orang kudus, dan bahwa bukan hanya saat mereka meninggal tetapi di saat mereka masih hidup di sini! Semua dari setiap kita, bukan saja ketika kita meninggal, tetapi saat sekarang kita memiliki keberanian untuk masuk! Tabir Bait Allah telah terbelah dan sekarang kita memperoleh hak istimewa untuk datang dengan bebas bercakap-cakap dengan Allah. Oh, betapa istimewanya hak ini, bahwa kita memiliki seorang Bapa di surga! Sekalipun kita belum memiliki akses pribadi sampai pada saat kematian kita, tetapi oleh darah Yesus kita dapat datang dengan keberanian ke hadirat Allah dengan membawa permohonan atas semua kebutuhan dan hasrat-hasrat kita.
Jarak yang jauh antara surga dan bumi tidak akan menghambat komunikasi kita dengan Allah, sebab kita memiliki seorang Sahabat di atas sana. Oleh karenanya adalah sangat menyenangkan sekarang untuk menyebut: “Bapa kami yang di surga” yaitu Bapa yang pemurah dan yang sudah memperdamaikan Diri-Nya dengan kita di dalam dan oleh Kristus. Karena kita memiliki seorang Bapa di surga, marilah kita sering-sering memandang ke sana. Izinkan saya secara khusus mendorong anda melakukan ini dengan mata iman: memandang melalui tabir Bait Allah yang sudah terbelah, dan tatkala anda datang untuk berdoa, pandanglah Allah di surga dan Kristus yang berada di sebelah kanan-Nya.
Karya besar iman adalah memandang Dia yang tidak kelihatan, dan tugas besar doa adalah mendapat satu penglihatan akan Allah di surga, dan Kristus yang berada di sebelah kananNya. Seorang anak tidak pernah begitu baik keadaannya kecuali ketika ia berada di pangkuan sang ibu atau di bawah naungan “sayap” sang ayah. Demikianlah keadaan kita di hadapan hadirat Allah, dan bersandar di dada Bapa surgawi kita! Demi Tuhan, cintailah hal itu. Oh, janganlah pernah kita lupakan akan rumah Bapa surgawi kita. Semakin cepat kita mendekati rumah, marilah kita semakin bertumbuh dalam pikiran surgawi kita setiap hari; dan mencari perkara yang di atas. Alasan mengapa manusia begitu dibayang-bayangi oleh dunia ini, dan daya tarik serta kepedulian atas benda-benda duniawi ketika ia berdoa, adalah karena hatinya terlalu di penuhi dengan perkara-perkara itu.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dgn cuplikan dari karya Thomas Manton (1620-1677), Works, i:63-65
