Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iman: Mengecap Kristus Sekarang

Iman: Mengecap Kristus Sekarang
“(Allah) memeteraikan tanda milik-Nya atas  kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” 2 Korintus 1:22 

Iman adalah jaminan atas hal-hal yang kita harapkan.  Ia menolong kita untuk merasa puas sebelum kita menerima kebahagiaan yang masih jauh di depan.  Seorang percaya telah mencicipi betapa manisnya Allah di dalam Kristus, oleh karenanya ia berkeluh kesah dalam penantian untuk mendapatkan Dia sepenuhnya.  Adapun iman, dalam setiap peristiwa, sudahlah pasti mengalami pemenuhan yang nyata, walaupun belumlah semanis pemenuhannya nanti.   

Di dalam iman, seorang percaya rela sabar menunggu pemenuhannya berdasarkan jaminan iman ini, di mana selama waktu penantiannya, Allah memberikan ia tugas yang harus dikerjakannya di dunia ini.  Memang benar ia mengalami kesulitan, dan hasrat-hasrat hatinya memberi tekanan kepadanya, namun ia akan tetap setia menunggu. Demikianlah seperti yang dikatakan rasul Paulus: “Aku di desak … ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus, itu memang jauh lebih baik” (Flp.1:23).  Banyak orang mengaku percaya akan hal ini, tetapi celakanya, secara bagaimanakah ia dipengaruhi oleh apa yang dipercayainya? Adakah pengaruh dari apa yang dipercayainya sekuat pengaruh dari hal-hal yang nyata dan dapat dinikmati olehnya saat ini juga?  Sayangnya, secara umum, hal-hal yang sementara lebih kuat pengaruhnya daripada hal2 yang bersifat kekal, dan demikianlah juga hal-hal yang kasat mata lebih kuat memberikan pengaruh dari pada apa yang tidak kelihatan.  Masalah yang remeh dapat terbukti menjadi satu godaan berat, dan kesenangan atau keuntungan kecil dapat memberikan kita dorongan yang kuat (hingga jatuh dalam dosa).  

Kita bahkan tidak memiliki separuh saja kesungguhan dalam (mengejar) hal-hal rohani dibandingkan dengan hal-hal duniawi. Sesungguhnya manusia tidak menghargai surga, karena mereka hanya sedikit sekali mengerahkan tenaga dan menunjukkan keperduliannya akan surga.  Celakanya, mereka hidup seolah-olah tidak pernah mendengar hal-hal itu, atau tidak mempercayai apa yang mereka dengar, karena mereka lebih menyukai barang-barang mainan dan hal-hal yang remeh. 

Jika seorang yang miskin mengetahui bahwa sejumlah besar warisan telah diwariskan kepadanya, masakan ia tidak sering memikirkannya dan tidak bersuka-ria karenanya, dan tentu tidak akan membiarkannya dalam waktu yang lama untuk tidak  segera memilikinya? Janji hidup kekal telah dinyatakan bagi kita di dalam Injil, tetapi adakah orang yang mengambil dan menjadikannya sebagai investasi? Siapakah yang merindukannya? Siapa yang terus mendekapnya? Siapakah yang mengerahkan semua kerajinan/ketekunan demi kepastian mendapatkannya?  Siapakah yang berhasrat pergi dan melihatnya dengan matanya sendiri? Oh, kiranya saya boleh dileburkan, dan menjadi satu bersama Kristus! Apabila semua harapan ini ternyata begitu sedikit pengaruhnya atas kita, ini merupakan tanda bahwa kita tidak lagi menghargai hal-hal tersebut di dalam hati kita. 

Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Thomas Manton (1620-1677), By Faith, Sermons on Hebrews II, pp. 16-17