Iman Membuat Masa Depan Menjadi Nyata
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan …” Ibrani 11:1
Kita harus memiliki iman yang mampu menunjang pengharapanpengharapan kita dan juga untuk mengendalikan keinginan kita akan pemuasan hawa nafsu, karena manusia sulit menghindari kebobrokan hatinya yang sepenuhnya hanya mencari kepuasan untuk masa kini. Sekalipun semua kesenangan dari dosa hanya untuk sementara waktu dan tidak bernilai, akan tetapi, karena kesenangan-kesenangan duniawi ini ada di dekat kita, kesenangan-kesenangan ini lebih banyak memberi pengaruh daripada kesukaan surgawi yang ada di masa depan dan tidak kelihatan sosoknya.
Kita terkejut atas kebodohan Esau yang menjual hak kesulungannya untuk semangkuk makanan (Ibrani. 12:16). Tatkala timbul nafsu dan tuntutan untuk dipuaskan, semua pertimbangan tentang kemuliaan dan berkat abadi tersingkir demi memperoleh kepuasan sementara. Banyak orang terputus dari sukacita yang tersedia di dalam kekristenan dengan membayar harga yang paling tidak masuk akal. Sedikit kesenangan, sedikit keuntungan, sedikit kebahagiaan di dunia akan membuat manusia terputus dengan semua hal yg jujur dan sakral. Orang bisa merasa heran akan kebodohannya, tetapi alasan utamanya adalah mereka hidup dengan dasar pengertian: “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku …” (2 Timotius. 4:10). Di sinilah letak daya tarik umpannya, kesenangan-kesenangan ini adalah pada masa sekarang, kita dapat langsung mencicipi kesenangan-kesenangan dunia dan menikmati kesenangan kedagingan, sebaliknya kesenangan dunia yang akan datang tidak terlihat dan belum dikenal.
“Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!” (Yesaya. 22:13 / 1 Korintus. 15:32). Ini adalah bahasa hati yang bersifat jasmaniah. Keuntungan saat ini dan kebanggaan (gengsi/kesombongan) meskipun itu hal yang remeh dan sepele, memiliki pengaruh yang kuat untuk menyesatkan kita dibandingkan dengan hal-hal baik di kejauhan, dan bahkan janji-janji Allah yang sekalipun memanggil dengan keras dan yang menarik hati kita untuk mendekat kepada-Nya. Di sinilah letak akar dan kekuatan semua godaan; ketidak-nyamanan disiplin agama adalah untuk waktu sekarang ini, dan hal-hal ini memang bisa mendatangkan ketidaksenangan dan menyusahkan tubuh jasmaniah kita saat ini, sedangkan upah bagi kita yang beriman adalah nanti di masa mendatang.
Dengan demikian bagaimanakah kita dapat mengendalikan hidup ini dengan kesadaran yang bijaksana? Mengapa iman? Karena imanlah yang menopang pengharapan-pengharapan kita, kesanggupan untuk menyediakan suatu pemulihan atau suatu perbaikan. Iman membuat segala hal menjadi nyata seolah-olah semua itu sudah dapat dinikmati. Di mana terdapat iman yang nyata hidup dan kuat, serta menjadi “bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”, maka iman akan menggagalkan dan mengalahkan semua godaan.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan tulisan karya: Thomas Manton (1620-1677), By Faith, Sermons on Hebrews 11, pp. 10-11
